Bagikan artikel ini :

Hidup Tergantung Firman Allah

Matius 4:1-11

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
- Matius 4:4

Yesus Kristus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Setelah Yesus berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, Dia menjadi sangat lapar. Iblis mencobai Yesus, menyuruh-Nya mengubah batu menjadi roti. Tentu saja Yesus sanggup melakukannya. Namun masalahnya, apakah seorang manusia harus menuruti perkataan Iblis atau firman Allah? Yesus memilih menuruti firman.

Yesus pada ayat emas mengutip Ulangan 8:3. Ayat ini awalnya diperuntukkan bagi orang Israel di padang gurun di mana mereka harus mengembara selama empat puluh tahun. Tuhan membiarkan mereka kelaparan dan kehausan agar mereka mau merendahkan diri. Dia akan menurunkan manna bagi mereka dari sorga sehingga mereka menyadari manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Sebagai manusia, kita cenderung mengandalkan diri sendiri untuk hidup. Karena itu terkadang Tuhan perlu membiarkan kita “melewati padang gurun”–hidup yang penuh kesulitan dan tantangan–untuk melepaskan ketergantungan kita pada diri sendiri. Pada waktu tangan kita tidak lagi mampu bekerja, kaki tidak mampu lagi melangkah, dan kita merasa tak berdaya, saat itulah Tuhan menurunkan roti dari sorga agar kita sadar sekalipun tanpa bekerja tetap ada roti untuk dimakan karena kemurahan Allah belaka.

Yesus mengutip ayat ini untuk diri-Nya sendiri. Yesus menyamakan diri-Nya dengan kita “bangsa Israel di padang gurun.” Saat dalam kondisi lapar, Dia dicobai supaya bersandar kepada diri-Nya sendiri. Namun, Yesus memilih merendahkan diri dan taat sepenuhnya kepada janji pemeliharaan Allah. Dia mengalahkan pencobaan Iblis. Yesus telah menang dan akan memberikan kemenangan itu pula kepada setiap manusia yang hidup di dalam-Nya.

Nah, firman ini juga diperuntukkan bagi kita. Kita diharapkan belajar seperti Yesus yang merendahkan diri untuk hidup bersandar pada pemeliharaan Allah semata, bukannya pada kekuatan diri sendiri. Hanya Tuhan yang sanggup memimpin kita melalui “padang gurun” kehidupan. Dia akan dengan setia menggandeng tangan kita melewati “badai” kehidupan. Bergantunglah kepada Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

  • “Padang gurun” apakah yang sedang/pernah Anda lewati? Apakah Anda tergoda mengambil jalan singkat saat melintasinya?
  • Apakah Anda sudah memohon pertolongan Tuhan Yesus agar langkah Anda dikuatkan saat bergantung kepada-Nya?