Bagikan artikel ini :

Holy Spirit And The Tranformed (Roh Kudus Dan Yang Diubahkan)

Kisah Para Rasul 7:51-60

BAHAN CARE GROUP

Dalam proses perkembangan teknologi robotic, maka berkembang pula cerita novel mengenai robot dengan segala pertarungannya, salah satunya adalah novel fiksi ilmiah “Transformers”. Diproduksi pertama kali pada tahun 1975 dalam bentuk komik hitam putih. Inti ceritanya adalah kisah pertarungan abadi para robot dari planet Cybetron antara kubu Autobots (dipimpin oleh Optimus Prime) dan kubu Decepticons (dipimpin oleh Megatron). Dikatakan “Transformers” karena mereka dapat berubah-ubah bentuk tubuh mereka mengikuti beragam model benda yang ada dibumi, seperti menjadi truk mobil atau alat elektronik lainnya misalnya handphone, dll. Mereka dapat mengecil dan membesar, mereka dapat berubah wujud secara mekanis dan fisik. [https://id.wikipedia.org/wiki/Transformers]

Andai saja kehidupan kita dapat dengan mudahnya berubah-ubah bentuk sedemikian semaunya, seperti kisah novel fiksi “transformers”, namun kenyataannya tidak lah demikian. Tuhan tidak menciptakan kita sebagai “robot”. Tuhan menciptakan kita manusia dengan segudang potensi rasio, emosi dan kehendak diri (serupa dan segambar dengan Sang Khalik) namun masalahnya telah jatuh dalam dosa. Kekuatan dosa begitu kuat sehingga tanpa pertolongan Allah, manusia akan terbelenggu selamanya tanpa daya (the bondage of sin). Puji syukur pada Tuhan, melalui karya penebusan Kristus di kayu salib dan karya penyertaan Roh Kudus atas gerejaNya, kita dimampukan untuk dipulihkan dari kerusakan dosa (total depravity) dan secara bertahap di transformasi serupa dengan Kristus (Christlike-ness).

Melalui perikop Firman Tuhan hari ini, kita akan melihat salah satu contoh tokoh yang telah diubahkan (the transformed), bukan perubahan secara mekanis/fisik seperti kisah robot “transformers”, tetapi perubahan hati (heart transformation) yang hanya sanggup dilakukan oleh pribadi ketiga Allah tritunggal, yaitu Allah Roh Kudus yang bekerja secara “inside-out”.

EKSPLORASI FIRMAN

  1. Stefanus: Seorang Diaken yang Penuh Roh dan Hikmat
    Stefanus sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus terpilih menjadi salah satu diaken mula-mula yang terpilih, bukan karena koneksi ataupun kolusi, tetapi karena relasinya dengan Tuhan yang dekat membuatnya masuk sebagai kategori orang “yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat” (Kis 6:3). Pada masa itu jumlah jemaat semakin bertambah banyak sehingga dibutuhkan manajemen gereja yang lebih mumpuni untuk melayani kebutuhan diakonia jemaat sehingga para rasul lebih bisa fokus kepada pelayanan doa dan firman. Untuk itulah dipilih tujuh orang diaken untuk melayani jemaat yaitu mereka yang penuh Roh dan hikmat dalam menata pelayanan rumah Tuhan lebih baik.
    Stefanus pun dengan penuh keberanian bersaksi tentang Kristus di depan kumpulan orang banyak dan “mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara” (Kis 6:10). Disinilah kita bisa melihat bagaimana bukan karena kehebatan secara manusiawi, Stefanus mampu bersaksi, tetapi Roh Kudus yang mendorongnya dan melengkapinya dengan hikmat surgawi.
  2. Stefanus: Seorang Martir yang Penuh Iman dan Keberanian
    Stefanus sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus diterima baik oleh seluruh jemaat dan dikenal sebagai “seorang yang penuh iman dan Roh Kudus” (Kis 6:5). Tanpa iman yang teguh dan sungguh pada kematian dan kebangkitan Kristus, tidak akan ada orang yang mau berani mati martir bagi pemberitaan Salib. Semuanya itu hanya bisa terjadi karena iman yang sejati adalah iman yang hidup, tidak bisa dikuburkan apalagi di musnahkan. Semakin dibabat akan semakin merambat, sebab Roh Allah yang diutus Bapa dan Anak akan setia menyertai gerejaNya sampai pada kesudahan alam.
    Stefanus pun dengan penuh keberanian menegur kumpulan imam besar dan anggota-anggota Mahkamah Agama, katanya: “ Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu” (Kis 7:51). Perkataan yang keras inilah yang membuat pada akhirnya mereka sangat tertusuk hatinya dan pada akhirnya Stefanus pun mati dirajam oleh batu, namun imannya tetap kokoh, tidak pernah padam sampai titik akhir hidupnya.
  3. Stefanus: Seorang Hamba yang Penuh Penyerahan Diri dan Kasih Pengampunan
    Stefanus sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus memiliki penyerahan hidup yang total kepada Tuhan Allah. Dia tidak takut menjelang kematiannya sebagai hamba Kristus “…yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah…Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” (Kis 7:55-56, 59). Seorang yang dipenuhi Roh Kudus akan selalu menyadari bahwa dia bukanlah pemilik kehidupan ini. Dia hanyalah hamba yang dipercayakan kehidupan, dimana saat tiba waktunya, dia akan kembali ke pangkuan Sang Pemilik kehidupan, dimana Tuhan Yesus di sana sebagai Sang Pembela kita (berdiri di sebelah kanan Allah).

Satu hal lagi, saat menjelang kematiannya pun, seorang Stefanus yang penuh Roh Kudus ini mampu menyatakan kasih pengampunannya “sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kis 7:60). Kalimat ini serupa dengan perkataan Tuhan Yesus ketika disalibkan, bukan? Dan, sekali lagi kalimat kasih pengampunan ini diperdengarkan sebagai kesaksian kepada dunia melalui Stefanus, hambaNya yang sungguh dipenuhi oleh Roh Allah yang penuh cinta kasih. [CK]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Perubahan hidup seperti apa yang terjadi dalam kehidupan orang percaya sebagai dampak dari dipenuhi oleh Roh Kudus?

Penerapan

Diskusikanlah, dalam area kehidupan manakah Anda masih perlu terus ditransformasi? Apakah dalam hal kehidupan beriman dan bersaksi, ataupun penyerahan diri dan pengampunan kasih?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.