Bagikan artikel ini :

Mission: To The Next Level (Misi: Menuju Tingkat Selanjutnya)

Yohanes 4:4-14, 39-42

EKSPRESI PRIBADI

Ada seorang wanita tua Afrika yang buta secara fisik percaya kepada Tuhan Yesus. Hatinya terbakar untuk memberitakan Injil. Keterbatasan fisiknya tidak menjadi penghalang baginya melayani Kristus. Ia datang kepada misionarisnya dengan membawa Alkitab dalam bahasa Perancis. Ia meminta tolong kepadanya untuk membuka Yohanes 3:16, ayat yang sangat berkesan baginya, agar digarisbawahi dengan tinta berwarna merah. Lalu ia membawa alkitabnya setiap hari menuju sekolahan khusus kaum laki-laki dan duduk di depan sekolah itu sambil menunggu jam bubaran sekolah. Saat bubaran sekolah, ia memanggil seseorang atau dua orang utk menghampiri dirinya. Lalu ia mengajukan pertanyaan pembuka “Apakah kalian tahu bahasa Perancis?” Bila ia dengan bangga mengiyakannya, maka si wanita itu segera membuka Alkitabnya yang telah ditandainya itu “Tolong bacakan ayat yg digarisbawahi dgn tinta berwarna merah ini!” Tatkala mereka melakukannya, ia segera bertanya “Tahukah kalian, apa arti dari ayat tersebut?” Saat ia menjawab tidak, maka si wanita itu mulai memperkenalkan Kristus terhadapnya dengan penuh semangat dan sukacita. Wanita ini melakukan penginjilan dengan cara yang sederhana, dan dilakukannya dengan setia setiap hari tanpa mengenal lelah dan putus asa. Bertahun-tahun kemudian, ada 24 anak muda yang menjadi pendeta sebagai hasil dari pelayanan wanita tua tersebut

Mengabarkan Injil adalah hal penting yang harus segera dengan sengaja dilakukan. Namun faktanya hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan. Apa yang selama ini menjadi penghalang terbesar Anda untuk melangkah memberitakan Injil?

EKSPLORASI FIRMAN

Berbicara penginjilan, maka kita tidak bisa lepas dari Kristus sebagai pusat Injil dan sekaligus teladan sempurna bagaimana memberitakan kabar baik. Seolah hidup-Nya terfokus hanya kepada tujuan tersebut. Hal ini bersumber dari hati-Nya yang penuh kasih, yang terus berdenyut dan mendorong langkah kaki-Nya untuk menjangkau mereka yang terhilang. Seperti yang Yesus lakukan kepada perempuan Samaria. Setidaknya ada dua hal penting, yang menjadi prinsip bagaimana Injil di beritakan:

Proaktif membuka kesempatan

Percakapan antara Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria, yang berdampak pada perubahan hidupnya bukanlah sebuah kebetulan. Sangatlah jelas, peristiwa itu merupakan hasil dari sebuah kesengajaan yang dimulai dari langkah proaktif Yesus. “Ia harus melintasi daerah Samaria” [ay. 4]. Sebenarnya, bisa saja Ia melakukan perjalanan tanpa melewati Samaria seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang Yahudi ketika itu demi menghindari kontak langsung dengan orang Samaria. Walau perjalanan yang di tempuh relatif lebih lama karena memiliki rute yang lebih panjang. Namun, Yesus tidak melakukan itu. Seolah Ia berkehendak untuk membuat adegan perjumpaan ini tercipta. Termasuk, Dia datang sendirian tanpa melibatkan para murid yang disuruhnya membeli makanan [ay. 8] dan memulai sebuah dialog yang unik. Ia mengajukan pertanyaan yang memicu minat demi terciptanya dialog yang interaktif. Dan dialog itu diarahkan membicarakan hal-hal rohani terkait dengan keselamatan jiwanya.

Kita tidak bisa duduk santai dan menunggu kesempatan penginjilan jatuh ke pangkuan kita. Kita perlu berinisiatif mencari dan membuka kesempatan dimana Injil dapat diberitakan di dalam setiap hubungan, percakapan, dan bentuk lainnya. Maka tidak ada pilihan yang lain, selain kita harus memanfaatkan kesempatan itu secara maksimal dimana Injil diberitakan. Dengan kata lain, mengabarkan Injil bukan sekadar menyisihkan waktu khusus sehingga pemberitaan Injil dipersempit hanya dapat di lakukan di periode waktu tertentu saja, tetapi bagaimana kita melakukannya sebagai gaya hidup, artinya di setiap waktu sebagai kesempatan Injil dapat diberitakan. Dengan demikian, yang paling utama bukan soal ”kemana kita harus pergi” (where we are to go) tetapi apa yang kita harus lakukan yaitu bagaimana kita berperan sebagai saksi Kristus dimanapun kita berada (what we are to do). Apakah itu di tempat terpencil, atau di tempat keramaian, di rumah atau di luar rumah, di kantor atau di sekolah. Apapun profesi dan peran kita, kita hadir sebagai saksi Kristus, membagikan Injil, baik melalui perkataan maupun melalui hidup seutuhnya yang menjadi kesaksian. Ingatlah selalu, “your life is your evangelistic opportunity!”

Bergerak mendobrak semua batasan

Apa yang Yesus lakukan sangatlah revolusioner. Ia bergerak aktif menerobos serta mendobrak segala batasan atau hambatan demi mendapati yang terhilang. Padahal, “perempuan” dan “Samaria” merupakan kombinasi yang sempurna untuk tidak di perhitungkan, tidak disukai dan di tolak oleh bangsa Yahudi [ay. 9]. Tidak ada yang lebih buruk daripada keadaan demikian di mata orang Yahudi. Ditambah lagi perempuan tersebut memiliki reputasi moral yang buruk dengan gaya hidupnya yang penuh dosa sehingga ia dikucilkan secara sosial dan menjadi orang buangan dalam komunitasnya [ay. 17-18]. Buktinya ia mengambil air di sumur Yakub sendirian disaat cuaca panas di siang hari bolong, yang tidak memungkinkan bagi orang lain untuk berada di sana. Apa yang dilakukannya itu berada di luar kebiasaan, dimana para perempuan mengambil air di sumur secara berkelompok pada saat matahari terbit atau terbenam. Seluruh batasan itu, apakah itu sentimen sosial-etnis, bias gender, bias agama, dan juga moral yang buruk, tidak pernah bisa menghambat Yesus melayaninya. Sebab tidak ada tembok penghalang yang terlalu tebal dan sanggup membatasi denyut kasih-Nya untuk mencari yang terhilang. Sebab untuk itulah Yesus hadir di tengah dunia ini, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” [Luk. 19:10]. Kehadiran Yesus yang bersifat misional adalah untuk mencari yang terhilang, menerobos masuk ke dalam lorong kehidupan yang paling kelam dari orang-orang berdosa, menjumpainya dan memperbaharui hidup mereka.

Injil harus diberitakan kepada siapapun. Sebagaimana setiap orang membutuhkan air untuk memuaskan dahaganya. Demikian pula setiap orang membutuhkan Sang Sumber Air Hidup untuk memuaskan dahaga rohani dan menyegarkan jiwanya [ay. 10, 13-14 bdk Yer. 17:13; Mzm. 42:2; Yes. 55:1; Yer. 2:13; Zak. 13:1]. Air Hidup yang merupakan karunia Allah, hanya sekali di minum, lalu akan menjadi mata air yang meluap di kedalaman hati untuk selama-lamanya, [ay. 14]. Seperti perempuan itu, setiap orang pun, tanpa terkecuali, membutuhkan Yesus, sebagai satu-satunya yang dapat memuaskan kebutuhan hidupnya yang terdalamnya. Maka, jangan pernah membiarkan rintangan dan batasan sosial-etnis, agama, moral menghalangi kita untuk menjangkau yang terhilang. Sebagaimana Yesuspun tidak ragu untuk melewati batasan yang ada untuk mengomunikasikan Injil. Tidak ada seorangpun yang terlarang sehingga Injil tidak berlaku baginya. Kesalehan religius dan kebaikan moral Nikodemus tidak membuat dirinya memenuhi syarat masuk Kerajaan Sorga. Demikian pula reputasi moral yang buruk dari perempuan Samaria yang tidak disebutkan namanya ini tidak mendiskualifikasikan dirinya dari kemungkinan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Injil harus diberitakan melampaui batasan apapun karena dibutuhkan oleh siapapun. Sebab, setiap orang adalah ladang misi. Semuanya layak untuk mendengar berita Injil. Sebagaimana perempuan Samaria yang tidak diperhitungkan itu, pada akhirnya menjadi instrumen berkat bagi seluruh komunitas Samaria [ay.39-42]. Yesus telah mendobrak tembok stereotif yang salah!

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Mengapa Injil harus diberitakan menerobos setiap hambatan dan batasan apapun?

Penerapan

Tindakan konkrit apa yang Anda akan lakukan dalam memberitakan Injil sekalipun diperhadapkan dengan batasan dan rintangan?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.