Bagikan artikel ini :

Ketaatan - Kunci Seorang Murid

Markus 1:35-45

Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”
- Markus 1:38

Dietrich Bonhoeffer, dalam bukunya The Cost of Discipleship menyimpulkan inti menjadi seorang murid, “Respons dari seorang murid adalah ketaatan, bukan pengakuan diri dalam Yesus.” Tidak cukup bagi seorang murid hanya percaya, ia harus taat pada perintah Sang Guru. Ketaatan seorang murid Kristus harus penuh dan mutlak.

Dalam perikop bacaan hari ini, kita melihat bagaimana seorang murid gagal menaati perintah Yesus dan akibatnya mendatangkan halangan dalam pemberitaan Injil. Yesus bangun pagi-pagi untuk berdoa di tempat yang sepi dan terpencil (ay. 35). Petrus dan kawan-kawan datang mencari Yesus dan memberitahukan kepada-Nya satu kabar, yang mereka pikir baik, “Semua orang mencari Engkau.” (ay. 37). Tak disangka Yesus justru menjawab, “Marilah kita pergi ke tempat lain,… supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (ay. 38). Jelas disampaikan Yesus bahwa tujuan pelayanan-Nya bukan popularitas, tetapi pemberitaan Injil.

Kemudian diceritakan seorang kusta datang kepada Yesus dan berlutut memohon agar Dia mau menyembuhkannya (ay. 40). Yesus bersedia dan menyembuhkannya (ay. 41). Lalu Dia memberikan perintah keras agar jangan memberitahukan kejadian tersebut kepada siapa pun (ay. 44). Namun, orang sakit kusta yang disembuhkan ini justru pergi “memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana” (ay. 45). Ia berpikir ini hal yang baik dan membuat Yesus populer. Akibat ketidaktaatan para murid dan orang sakit kusta ini “Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi” (ay. 45). Yesus memang menjadi populer, tetapi kesempatan memberitakan Injil menjadi terhalang.

Tuhan Yesus menuntut setiap kita, murid-murid-Nya, memiliki ketaatan penuh pada perintah-Nya. Ketaatan bukan bertindak menurut hikmat manusia, melainkan bertindak seturut perintah Allah, sekalipun mungkin kita tidak mengerti mengapa harus menaati-Nya. Apa yang kita pikir baik menjadi tidak baik jika bertentangan dengan perintah Allah. Apa yang diperintahkan Allah bagi kita, sekalipun tidak kita mengerti, adalah yang terbaik bagi kita dan bagi kerajaan-Nya.

Refleksi Diri:

  • Apa hal-hal yang selama ini Anda pikir baik, tetapi ternyata tidak sesuai dengan perintah Allah?
  • Bagaimana cara Anda melatih ketaatan dan setia melaksanakan perintah-Nya?