Segalanya untuk Kristus: mengenal kehidupan Agustinus
Sejarah kekristenan telah mencatat tokoh-tokoh luar biasa yang diubahkan oleh Kristus, dari yang hidupnya hanya untuk mengeja kepentingan diri sendiri kemudian beralih mengikut Kristus secara radikal, dan mempersembahkan hidup kepada Kristus. Orang-orang itu terdiri dari para tokoh Alkitab, para martir, serta bapa-bapa gereja. Banyak di antara mereka yang mengabdikan hidupnya serta mengorientasikan dirinya kepada Kristus,walaupun sebelumnya tidak mengenal Yesus bahkan “anti-Kristus.” Salah seorang di antara bapa-bapa gereja yang terkenal karena kehidupannya yang berubah total ketika berjumpa dengan Kristus secara pribadi adalah Agustinus.Mari kita mengenal kisah hidup Agustinus yang sangat layak kita teladani dalam proses mengikut Kristus.
Agustinus adalah seorang bapa gereja dalam sejarah kekristenan.Nama lengkapnya adalah Aurelius Augustinus. Agustinuslahir pada 13 November 354 di Tagaste, Afrika Utara, tidak jauh dari Hippo Regius. Ia lahir dari seorang ayah bernama Patricius, seorang non Kristen, dan ibu bernama Monica, seorang ibu yang saleh dan penuh kasih. Agustinus memulai pendidikannya di Tagaste, kota kelahirannya, kemudian belajar retorika dan filsafat di Kartago, dan menjadi guru retorika. Dia secara pribadi mempunyai pergumulan yang hebat, yakni keinginan untuk mencari kebenaran sejati yang memberikan kepadanya suatu kedamaian hidup.Dia kemudian membaca buku Hortesius, karangan Cicero, yang membawanya menjadi pengikut Platonisme, namun karena Agustinus tidak merasakan kedamaian, maka ia berpindah menjadi pengikut Manikheisme.Dalam perjalanan hidupnya, Agustinus terus mencari kedamaian dalam setiap momen yang ada, dengan beragam pengajaran yang ditemukannya.
Pada tahun 382 Agustinus pergi ke Roma membuka sekolah retorika, tetapi akhirnya dipindahkan ke Milano. Ditempat inilah ia kemudiantinggalkan Manikheisme dan berpindah menjadi pengikut neo-Platonisme. Agustinus tidak tertarik sama sekali pada Alkitab. Tetapi pada tahun 386 ketika ia sedang duduk di taman rumahnya, tiba-tiba ada suara anak kecil berkata “ambillah dan bacalah,” yaitu kitab Suci. Ia pun lalu membaca dari surat Roma 13:13-14. Ia yakin betul bahwa itu adalah suara Roh Kudus, dan Agustinus pun bertobat. Ia kemudian dibaptis pada tahun 387. Sejak itulah ia memutuskan hubungan dengan pencarian terhadap kedamaian di dunia ini. Seluruh harta miliknyakemudian dijual dan secara radikalAgustinus melayani Kristus, yang memberikannya damai sejahtera.
Pada tahun 388 bersama sahabatnya, Alypius dan Evoditus, Agustinus membentuk sebuah semibiara di Tagaste. Tiga tahun kemudian ia berkunjung ke Hippo Regius. Di tempat inilahAgustinus ditahbiskan menjadi uskup Hippo Regius menggantikan Valerius yang meninggal tahun 396. Ia menjadi uskup sampai pada 28 Agustus 430, saat ia meninggal ketika suku bangsa Vandal mengepung Hippo Regius.
Agustinus tercatat dalam sejarah merupakan murid Paulus, yang dalam setiap tulisan Agustinus kita dapat menimba pandangan teologinya dalam mengikut Kristus. Ia juga seorang pelawan penyesat-penyesat yang gigih mempertahankan iman Kristennya. Dalam perlawanan terhadap Donatisme, ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen, yakni uraian yang terkenal hingga hari ini. Baginya gereja bukan persekutuan eksklusif orang-orang suci, karena gereja kudus pada dirinya sendiri, bukan karena anggotanya. Sedangkan mengenai sakramen ia berpendapat bahwa sahnya sakramen bukan bergantung pada kesucian orang yang melayankan sakramen, tetapi pada Kristus sendiri. Pelayan hanyalah alat bagi Kristus, sama seperti Agustinus memandang dirinya sebagai pelayan Kristus.
Dalam perlawanan terhadap ajaran-ajaran sesat misalnya Pelagius, lahirlah pandangan teologi Agustinus mengenai kehendak bebas, dosa turunan, dan juga rahmat. Agustinus menilai bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, hanya anugerah Allah saja yang dapat menyelamatkan. Ajaran yang dikemudian hari disebut predestinasi dikembangkan lebih lanjut oleh Calvin pada abad-16 dan Jansen pada abad-18. Orang-orang Protestan (terutama kelompok Calvinis) menganggapnya sebagai teolog peletak dasar reformasi karena ajarannya tentang kasih karunia dan keselamatan.
Dalam sepanjang kehidupannya, Agustinus menghasilkan karya-karya luar biasa seperti: Confessiones, De Civitate Dei (Kota Allah), De Trinitate (Trinitas). De Civitate Dei terdiri dari 22 buku, dimana sepuluh buku pertama menguraikan iman Kristen, dan sisanya menguraikan tentang perjuangan Kota Allah (Civitas Dei) dengan kota dunia (Civitas Terrena).Kota Allah, yaitu gereja, akan mengalahkan kota dunia serta kerajaan-kerajaan dunia termasuk kekaisaran Roma. Karyanya sebelum meninggal adalah Retractations yang berisi semua kisah kehidupannya yang berdampak luar biasa bagi kekristenan.
Kebangkitan Kristus dan seluruh karya-Nya menjadi dasar kehidupan radikal seorang bernama Agustinus, teolog yang luar biasa dipakai Tuhan dalam sejarah gereja. Karya-karnya yang besar sangat mempengaruhi kekristenan sampai hari ini. Orientasi hidup Agustinus berubah total sejak ia mengenal Kristus, berjumpa dengan-Nya yang akhirnya mendorong dia untuk hidup mengabdikan diri bagi kemuliaan Allah. Setiap kita bisa menyaksikan kisah pertobatan Agustinus yang sampai akhir hidupnya sungguh-sungguh hidup bagi Kristus. Demikian pula, setiap kita memiliki panggilan yang sama untuk mengarahkan hidup kita dari fokus kepada diri sendiri, menjadi hidup yang terfokus pada Kristus. Biarlah kuasa kebangkitan-Nya mengubahkan kehidupan kita untuk terus setia dalam perjalanan iman Kristen, sampai akhir nanti. [DA]