Bagikan artikel ini :

Memberi Dari Kekurangan

Markus 12:38-44

Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
- Markus 12:44

Engkau tidak bisa bermurah hati, jika tidak memiliki apa-apa; engkau tidak akan otomatis bermurah hati hanya karena memiliki segalanya,” demikian kata Dr. Femida Handy, profesor Social Policy dari University of Pennsylvania. Dari kutipan ini jelas kemurahan hati tidaklah berbanding lurus dengan harta kekayaan. Ada orang kaya yang bermurah hati dan ada orang miskin tidak bermurah hati. Namun, ada juga orang kaya tidak bermurah hati dan orang miskin justru bermurah hati. Kebenaran ini nyata dalam cerita hari ini.

Yesus berusaha menelanjangi kemunafikan ahli-ahli Taurat. Di satu pihak mereka kelihatan saleh karena suka berdoa dan beribadah dalam rumah ibadat. Namun, di lain pihak mereka melakukan untuk mencari hormat manusia dan mengabaikan keadilan bagi kaum janda (ay. 38-40). Yesus mengontraskan sikap orang kaya dan seorang janda miskin dalam memberikan persembahan. Orang-orang kaya tersebut memberi dalam jumlah yang besar (ay. 41), sedangkan janda miskin itu hanya memberikan dua peser (ay. 42). Yesus justru memuji janda miskin dan berkata bahwa ia memberi lebih banyak dari orang-orang kaya tersebut sebab memberi dari kekurangannya, sedangkan mereka memberi dari kelimpahannya (ay. 43-44). Di sini nyata perbedaan sikap di antara keduanya. Orang-orang kaya dan para ahli Taurat lebih memperhatikan menerima daripada memberi. Segala perbuatan ibadah mereka adalah untuk menerima perhatian manusia. Sedangkan sang janda miskin mengikuti teladan Yesus, memberi dan berkorban daripada menerima ataupun mencari perhatian manusia.

Kita sebagai murid Kristus hendaklah belajar menjadi serupa dengan-Nya di dalam ibadah dan kesalehan kita. Ibadah sejati adalah memberi kepada Allah sebagai ucapan syukur. Saat fokus kita adalah memberi maka kita dapat memberi entah di dalam kelimpahan maupun kekurangan. Namun, jika fokus kita adalah menerima, maka kita hanya memberi untuk mencari perhatian dan pada saat kelimpahan. Saat ibadah ditujukan untuk mencari pujian manusia, ia berubah menjadi berhala.

Refleksi Diri:

  • Apa motivasi Anda dalam beribadah dan memberi persembahan?
  • Apakah Anda sudah berdoa memohon Allah untuk menguduskan motivasi Anda?