Bagikan artikel ini :

Mesias Ditolak Di Kampung-Nya Sendiri

Markus 6:1-6a

Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”
- Markus 6:4

Bagaimana perasaan Anda jika mendapati orang yang Anda kenal baik tiba-tiba menjadi kaya raya? Mungkin akan timbul berbagai pertanyaan. Dari mana hartanya? Apa bisnis yang dilakukannya? Atau jika ia tiba-tiba mendapatkan gelar doktor, orang langsung curiga. Di mana ia studi? Ia tidak pernah ke luar negeri, mengapa bisa mengklaim telah mendapatkan gelar doktor dari universitas luar negeri? Jangan-jangan pakai ijazah palsu atau beli gelar? Muncul banyak pertanyaan kecurigaan. Hal ini terjadi saat Yesus kembali ke Nazaret, kampung halaman-Nya.

Yesus dilahirkan di Betlehem, tetapi dibesarkan di Nazaret. Pada usia tiga puluh tahun, Dia keluar melayani, mulai dari Kapernaum terus menyebar ke banyak tempat. Dia telah menjadi masyhur dan orang datang dari berbagai daerah mencari-Nya (Mrk. 3:7-8). Kali ini Yesus bersama dengan murid-murid-Nya pergi ke Nazaret (ay. 1). Penduduk Nazaret tentu saja sudah mendengar berita kemasyhuran-Nya. Saat Dia mengajar di rumah ibadat, mereka takjub akan hikmat-Nya. Namun, segera timbul pertanyaan: dari mana Dia memperoleh semua hikmat pengetahuan itu (ay. 2)? Yesus tidak pernah belajar dengan rabi tertentu. Mereka juga tahu latar belakang keluarga-Nya yang sederhana. Semua anggota keluarga-Nya, ibu dan saudara-saudari-Nya, juga masih ada di tengah-tengah mereka (ay. 3). Jadi, bagaimana mungkin Dia tiba-tiba berubah menjadi begitu berhikmat dan penuh kuasa? Mereka menjadi curiga. Kecurigaan lalu berubah menjadi kekecewaan dan penolakan (ay. 3b). Dari segi manusia, Yesus memang sederhana. Roh-roh jahat tahu siapa Dia, tetapi orang-orang sekampung-Nya tidak tahu bahwa Yesus adalah Sang Mesias, Putra Allah yang Mahatinggi. Mereka menolak-Nya yang bisa berarti menolak sumber berkat itu sendiri. Akibatnya, Yesus tidak banyak melakukan mukjizat di kampung halaman-Nya (ay. 5). Orang-orang Nazaret tersandung karena mereka memperhatikan latar belakang dan penampilan luar Yesus Kristus daripada pengajaran dan karya-Nya.

Hendaklah kita juga jangan melihat latar belakang atau kehidupan masa lalu seseorang. Kita dipanggil lebih memperhatikan isi daripada penampilan luar. Janganlah salah menilai seseorang. Tuhan pasti punya rencana indah dalam hidup setiap orang yang percaya kepada-Nya. Masa lalu suram bisa diubahkan-Nya menjadi cerah dan berarti.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana menghindari stigma menilai seseorang berdasarkan latar belakang dan asal usul daerahnya?
  • Bagaimana cara Anda melatih menghargai orang apa adanya? Berdoalah mintakan hikmat dari Tuhan dalam menilai seseorang.