Bagikan artikel ini :

Tradisi Tanpa Dasar Firman Tuhan

Markus 7:1-13

Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
- Markus 7:8

Tradisi adalah adat istiadat, kebiasaan, atau kepercayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Setiap aspek hidup manusia–pribadi, keluarga, masyarakat, agama, dan gereja–sedikit banyak dipengaruhi tradisi. Misalnya, mengapa ada yang gereja melaksanakan perjamuan kudus setiap minggu, setiap bulan, atau setiap tiga bulan? Jawabannya sederhana, karena tradisi. Gereja-gereja berlatar belakang Reformed misalnya, melaksanakan perjamuan kudus tiga bulan sekali karena merupakan tradisi yang diturunkan dari gereja-gereja Reformed di Swiss sejak abad ke-16. Yesus tidak menentang tradisi asalkan tidak bertentangan dengan firman Allah.

Perikop renungan ini mencatat rombongan orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem. Mereka memperlakukan diri sebagai penjaga gawang tradisi orang Yahudi. Mereka menegur murid-murid Yesus yang makan dengan tidak membasuh tangan terlebih dahulu. Alasannya bukan karena tidak higienis, melainkan tradisi. Murid-murid dituduh tidak hidup menuruti adat istiadat orang Yahudi. Yesus menjawab tuduhan ini dengan mengungkapkan kemunafikan mereka. Mereka mementingkan tradisi sedemikian rupa sampai mengabaikan perintah Allah (ay. 8-9). Yesus kemudian memberikan satu contoh dengan mengutip hukum kelima dari Sepuluh Hukum Allah tentang menghormati orangtua. Praktik hukum ini adalah memelihara dan merawat orangtua. Namun, orang Farisi dan ahli Taurat justru mengajarkan bahwa jika seseorang memberikan persembahan bagi Allah, ia tidak perlu lagi memperhatikan dan merawat orangtuanya (ay. 11-13). Artinya, kewajiban kepada Allah bisa menganulir kewajiban kepada orangtua. Aturan ini tentu saja tidak benar karena yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan (bdk. Luk. 11:42). Kewajiban kepada Allah dan kepada orangtua dua-duanya harus dilakukan.

Orang Kristen hari ini pun memiliki banyak tradisi dan kebiasaan, entah di rumah, di tengah masyarakat ataupun gereja. Misalnya, tradisi membaca firman setiap pagi, berdoa sebelum makan, berpakaian terbaik saat ke gereja, bersaat teduh menenangkan diri sebelum ibadah dimulai, dan sebagainya. Tradisi-tradisi ini baik sebab menolong kita hidup kudus di hadapan Tuhan. Janganlah mengabaikan satu tradisi karena mengganggap tradisi yang lain lebih penting dan dapat menganulir yang lain. Ujilah berdasar kebenaran firman Tuhan. Jika ada yang bertentangan dengan firman, kita harus berani mengubahnya demi kebenaran Allah daripada adat istiadat manusia.

Refleksi Diri:

  • Apakah ada tradisi/kebiasaan yang harus dibuang/diubah karena tidak sesuai dengan firman Allah atau menjauhkan Anda dari Allah?
  • Apakah Anda sudah memintakan hikmat Allah untuk dapat mengubah/membuangnya?